Selasa, 21 November 2017

Contoh Cerpen


Hai gaes...
Kali ini saya akan memposting sebuah cerpen karya saya sendiri.
Semoga bermanfaat..!!! :v
Don't duplicate this!!!


Gara-Gara Sandal Jepit

Muamar Tafriji/9A-27/2017

            Suatu hari, di sebuah kota yang cukup ramai, hiduplah dua anak kecil yang bernama Ina dan Ani. Mereka berdua merupakan bocah kembar yang tinggal di sebuah gubuk kecil buatan mereka sendiri di kolong jembatan. Terpisah dengan orangtuanya, tidak membuat kedua bocah itu putus asa.
            Dulu, mereka terpisah dengan orangtuanya karena sandal Ina tertinggal di sebuah toko, lalu sang ayah pun mengambilnya. Ternyata, toko tersebut kebakaran saat ayah mereka memasukinya. Mirip ceritanya dengan perpisahan mereka dengan ibunya. Saat itu, Ina dan Ani sudah turun dari bus, tetapi lagi-lagi sandal Ina yang tertinggal dan sang ibu pun mengambilnya. Ternyata, saat ibu mereka masuk ke dalam bus untuk mengambil sandal Ina, dalam bis tersebut terjadi perampokan dan ibu mereka menjadi salah satu korbannya.  Ina merasa bertanggung jawab atas peristiwa itu dan mulai membenci sandal jepit.
            Kehidupan yang mereka jalani sangatlah sulit. Tanpa orangtua, kakak beradik harus bertahan hidup. Karena Ina adalah yang tertua, ia yang harus mencari nafkah untuk dibagi dengan adiknya. Walaupun begitu, kehidupan mereka mulai berwarna karena adanya tetangga mereka, Mbah Sudir. Konon, Mbah Sudir  adalah mantan tentara Yaman yang tersasar sampai ke kota ini. Anehnya, mereka sangat percaya kepada cerita Mbah Sudir.
            Hari demi hari pun berlalu. Mereka bertiga semakin mirip bagai seorang kakek dengan cucu-cucunya. Ina yang bekerja sebagai pemulung hanya untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan adiknya saja, kini bertambah untuk Mbah Sudir yang sudah mereka anggap sebagai kakek kandung mereka sendiri. Suasana harmonis selalu menyelimuti keluarga tersebut.
            Suatu hari, Ina sedang bekerja. Tentu saja tanpa menggunakan sandal jepit. Ina melihat seseorang yang berperilaku aneh. Ia terlihat sedang mencari sesuatu dengan tergesa-gesa. Sebenarnya, Ina ingin membantu orang itu, tetapi tidak cukup berani bertanya kepada orang itu.
            Sejak hari itu, saat Ina sedang memulung, Ina selalu melihat orang yang sama mencari sesuatu. Ina pun mencoba mengacuhkannya, tetapi ia juga ingin tahu sebenarnya apa yang sedang dicari oleh orang itu. Sepulang bekerja, Ina pun bercerita kepada Kakek.
            “Kakek, bukankah kita harus menolong orang yang sedang kesulitan?” tanya Ina.
            “Mengapa kamu menanyakan hal itu, Nak. Tentu saja iya.” jawab Kakek.
            “Tadi Ina bertemu seseorang. Ia terlihat sedang mencari sesuatu.” ucap Lina.
            “Mengapa kamu tidak menolongnya?” tanya Kakek.
            “Sebenarnya, Ina ingin menolongnya, tetapi Ina takut untuk menawarkan bantuan kepada orang itu, Kek.”  jawab Ina dengan jujur.
            “Mengapa harus takut? Orang itu akan senang bila kamu ikut membantunya. Ingat ini, Nak. Seseorang akan baik kepadamu bila kamu baik kepadanya.”jawab Kakek dengan nada menasehati.
            “Lagi pula, orang itu tidak akan menggigitmu, kan?” canda Kakek yang membuat Ina sotak tersenyum.
            “Kakek memang benar. Baiklah, besok aku akan membantu orang itu, Kek.” jawab Ina dengan sungguh-sungguh.
            Keesokan harinya, Ina pun bekerja dan melihat orang yang sama dengan yang kemarin masih melakukan hal yang sama yaitu mencari sesuatu. Dengan perlahan, Ina mendekati orang itu.
            “Bisakah saya bantu, Paman?” tanya Ina kepada orang itu.
            “Siapa kamu!” tanya Paman itu sambil berteriak karena kaget.
            “Maafkan saya. Saya tidak bermaksud untuk mengagetkan Paman”
            “Ehh... Tidak apa apa.” jawab Paman itu dengan tersenyum.
            “Sepertinya Paman sedang mencari sesuatu. Bisakah saya membantu Paman?” tanya Ina dengan tulus.
            “Sebenarnya Paman sedang mencari sandal jepit Paman yang hilang. Kalau tidak salah terakhir saya meletakannya di sekitar sini.” jawab Paman dengan jujur.
            Hanya dengan mendengar kata “sandal jepit”, Ina langsung teringat dengan peristiwa perpisahan dengan orangtuanya gara-gara sandal jepit.
            “Padahal terlihat seperti orang berada, tetapi ternyata hanya sedang mencari sandal jepit.” ucap Ina dalam hati.
            “Bisakah saya membantu Paman?” tanya Ina dengan tulus.
            “Tentu saja. Ternyata masih ada orang baik sepertimu” jawab Paman dengan gembira.
            Ina dan Paman itu pun bersama-sama mencari sandal jepit itu. Tak terasa hari sudah sore, tetapi Ina dan Paman itu masih belum bisa menemukan sandal jepit milik Paman itu. Ina pun pulang kembali ke gubuk.
            Keesokan harinya, Ina kembali bekerja lalu membantu paman itu mencari sandal jepitnya.
            “Hai, Paman” sapa Ina kepada Paman.
            “Hai juga. Paman lupa untuk bertanya kepadamu. Siapa namamu, Nak?” tanya Paman.
            “Nama saya Ina, Paman. Oh iya, bolehkah saya bertanya kepada Paman?” tanya Ina.
            “Tentu saja boleh.” jawab Paman.
            “Sebenarnya untuk apa Paman mencari sandal jepit milik Paman? Padahal Paman kan bisa membeli yang baru?” tanya Ina.
            “Itu karena... Paman memiliki banyak kenangan dengan sandal jepit milik Paman. Salah satunya adalah kematian Ayah Paman.” sambil menahan tangis.
            “Maafkan saya Paman. Saya tidak bermaksud untuk...” ucap Ina yang langsung dipotong oleh Paman.
            “Ahh... Tidak apa-apa.” seru Paman.
            Setelah mencari selama kurang lebih satu jam, akhirnya Ina pun berhasil menemukan sandal jepit itu. Paman itu sangatlah senang. Ina pun menangis bahagia karena akhirnya Paman itu bisa menemukan sandal jepit itu. Paman langsung mengucapkan sejuta terimakasih kepada Ina. Bahkan, Ina sampai diajak untuk tinggal di rumah Paman itu. Ina pun meminta agar Ani dan Kakek dapat tinggal di rumah Paman juga dan Paman pun menyetujuinya.
            Ina pun pulang dengan perasaan gembira karena dapat membantu seseorang dan berhasil. Sesampainya di gubuk, terdengar suara tangis Ani. Ina pun segera menghampirinya. Ternyata Kakek sudah terbaring dengan tangan bersedakep. Ina pun merasa sangat sedih. Ina pun meminta Paman untuk memakamkan Kakek. Setelah itu, Ina bercerita kepada Ani tentang pindah ke rumah Paman. Ani pun merasa gembira sekaligus tertawa bahagia karena semua kesenangan itu hanya gara-gara sandal jepit.
            Beberapa kemudian, mereka menjadi keluarga yang sangat harmonis. Ina, yang dulunya benci kepada sandal jepit menjadi sangat suka dengan sandal jepit. Bahkan, saat Ina tumbuh dewasa nanti, Ina ingin menjadi pemilik pabrik sandal jepit terkemuka dan akan selalu menggunakan sandal jepit miliknya ketika di rumah maupun saat bekerja.
  
Semoga bermanfaat..!!! :v
Don't duplicate this!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar